Small Gesture

So this afternoon while waiting for my parents to pick me up from school- because they promise to- I decide to go to the nearby Indomaret for a snack, I mean I’ve been waiting for an extra hour but they still haven’t arrived yet. After since they installed the vending machine @ school, I’ve found a new favourite snack, the sour something pringles! Sadly it’s a quite rare item for even a big chain of minimarket. but the colour of green may have stuck to my head, and at the end, I go with the seaweed biscuitsy. stop correcting me grammarly.

Okay after making up my pick, I go to the cashier ofc. Aa! I ALSO start to count my hmm inseparable food plastic packaging and limit it to 5 per week, ill reduce it to 4 next week, if things go well. Yesterday I can’t resist the salmon and unagi sushi so it’s down to 3 then. but plus today’s plastic-foil from my seaweed crackers- a yea crackers! it’s down to 2.

There was a mother with her maybe elementary student boy at the cashier, and I wait behind them. But mas indomaret gave me a sign to do the transaction, so it seems the previous customer is waiting for their order. Of course, I refuse the plastic bag with “a plastiknya gausah mas.” And I thought that was it.

but

the mother suddenly takes off her pizza box and other additional chilli sauces from its plastic bag, I’m confused but have a glimpse of hope. She then pushes the plastic bag and says “Saya juga gausah deh.”

huwaaa I’ve been thinking that maybe giving an example by making a habit would be an ineffective solution or a long progress one to actually bring people awareness and start to act. But it was that simple, and that short time progress, to make a result.

It was truly a heartwarming experience. To remember nothing goes pointless, vain, or wasted, both in the positive and negative way.

Advertisement

Resensi : Megamendung Kembar

Informasi buku:

  •  Judul: Megamendung Kembardownload
  • No. ISBN: 9786020332307
  • Penulis: Retni S.B
  • Penerbit:Gramedia Pustaka Utama
  • Tanggal terbit:Juli – 2016
  • Jumlah Halaman: 360

Sinopsis : Megamendung warna merah yang tersimpan di lemari itu adalah hasil dialog antara jiwa dan jemari Sinur dengan canting, malam, kain primisima, bara tungku, dan akar mengkudu. Memuat kisah rahasia tentang cinta terlarang, luka, perjuangan, sekaligus kepasrahan. Niat Sinur, rahasia lebih dari setengah abad itu akan dibawanya sampai mati.

Namun, Awie bukan cucu yang rela membiarkan kisah masa lalu yang tak tuntas itu menjadi rahasia selamanya. Apalagi ketika dia tahu ada batik serupa yang diperlakukan bagai benda keramat di tempat lain…

Yang membuat Awie bimbang, apakah mengungkap kisah Megamendung kembar itu akan memulihkan sebuah hubungan, atau justru merusak harmoni?

Pertengahan bulan April kemarin, aku bertemu dengan buku megamendung kembar ini di salah satu toko buku pada sebuah pusat perbelanjaan. Dirinya diletakan di salah satu rak, pada pintu masuk toko tersebut. Ilustrasi kecil bergambar tungku, wajan, dan canting berserta motif megamendung berwarna jingga pada sampul buku, menjadi daya tarik pertama dari buku ini. Memang salah untuk menilai isi buku dari sampulnya, tetapi dari desainnya yang mencolok itu, aku jadi teringat dengan kisah-kisah seputar batik, megamendung, Cirebon dan perjalanan besar kelas 8 yang saat itu baru saja berakhir.

Dan betul saja, ketiga kata kunci tersebut ditulis dengan begitu indah, kaya dan tentunya enak dibaca oleh sang penulis, Retni S.B. Ini adalah buku pertama yang kubaca dari sang penulis. Dan dari biografinya diakhir buku, dikatakan bahwa dirinya lahir di Cirebon. Mungkin itu adalah alasan sang penulis bisa menceritakan latar kota Cirebon dengan begitu mengalir, bisa terbayang kembali meski samar-samar, pemandangan di kota udang itu, membuatku ingin kembali kesana.

Tentang batik, dari buku ini aku kembali diingatkan pada anggot keluarga bahan-bahan batik, prosesnya bahkan, dikenalkan pada nama motif- motif yang belum kudengar sebelumnya sampai nama- nama tanaman alami untuk mewarnai batik. Sang penulis juga menyinggung industri batik print, yang seperti dikatakan Pak Katura (2017), Batik bukan kain atau motif, tetapi teknik seni yang melibatkan pewarnaan rintang dan memakai malam. Dengan begitu, pembaca diajak untuk makin menghargari budaya batik cap dan tulis, serta makna terkandung dari pola yang ada.

Sebetulnya genre utama dari itu adalah romansa, bukan budaya, menjadikan buku ini buku bertema romansa pertama yang kubaca. Dan anehnya, aku betul-betul menikmatinya. Menurutku, karena selama ini ketika mencari novel fiksi berbahasa Indonesia kebanyakan diantaranya bertema romansa, memasukan unsur budaya kedalamnya bisa mengenalkan kekayaan negara kita pada remaja dan kalangan usia lain, dengan cara yang tidak terkesan memaksa.

Kepintaran penulis dalam menggunakan kata, memilih kata yang paling cocok, dan kayanya kosakata, sampai penambahan kosakata bahasa Cirebon, membuatku begitu menikmati setiap lembarnya. Sampai tidak hanya waktu membaca di sekolah, Jabawaskita aku berinteraksi dengan sang buku, tetapi disaat aku jenuh, diwaktu perjalanan antarkota, saat pulang sekolah dan banyak sekali saat- saat lain. Sampai-sampai ada beberapa tiket kereta yang kuselipkan, menandakan tulisan yang menginspirasi atau terlalu menyentuh.

Satu-satunya kekurangan yang terlihat olehku, dari buku ini adalah kesan bertele-telenya. Hal ini tidak terjadi padaku, tetapi mungkin  bagi beberapa tipe pembaca, yang tak sabar pada kemajuan cerita. Cerita mengandung cukup banyak flashback dan penjelasana ulang perasaan tokoh. Tapi itu yang membuat penokohannya begitu kaya.

Inti dari resensi ini, Aku sebagai salah satu dari pembaca sangat menikmati perjalanan bersama para tokoh-tokoh di buku ini, dan kuharap juga anda bisa berkesempatan membacanya. Aku sangat menyarankan buku ini dan kuharap pesan-pesan didalamnya  bisa dinikmati dan tersampaikan bagi/pada banyak orang. Terimakasih atas waktunya.

( Ilustrasi menyusul, mungkin)

 

 

 

 

Resensi Buku: Bapak Bapaknya Pendiri Bangsa

Judul: Tjokroaminoto Guru Para Pendiri Bangsa

Penyunting: Budi Setyarso, Redaksi KPG

Tahun Terbit:2011

Jumlah Halaman: 146 halaman.

Kurang lebih awal masuk sekolah bulan lalu kami disapa lagi dengan seri buku Tempo : Bapak Bangsa. Tahun lalu aku berkesempatan untuk berkenalan dengan Pak Soedirman, sedangkan sekarang aku bisa mengenal sosok baru yaitu Bapak Tjokroaminoto.

Nama beliau sering saya dengar tapi tidak pernah betul-betul ku kenal sosok dan cerita dibalik namanya. Isi dan judul artikel yang dirangkai  redaksi KPG berkali-kali mengejutkanku dengan kekerenan tokoh Pak Tjokro ini. Siapa yang bisa menduga kalau ternyata beliau adalah mesias atau ratu adil yang dijanjikan dalam ramalan Jayabaya? Lewat ramalan tersebut ada kesamaan nama dengan ratu adil yang dijanjikan akan datang. Dan bencana alam akan menjadi pertanda kedatangannya. Pak Tjokroaminoto lahir di kota Madiun pada tanggal 16 Agustus 1882 berdekatan dengan Letusan Krakatau.

Beliau sendiri tumbuh menjadi orang yang terpelajar, mempelajari berbagai sudut pandang dan mendalami sangat keyakinannya. Tindakan Pak Tjokro tampaknya selalu dilandasi pemahaman agama Islamnya yang mendalam. Sehingga buah pemikiran dan tindakannya tidak mungkin berbeda dengan asal sang pohon yaitu akarnya sendiri. Karena itu beliau bisa berpegang pada prinsip, salah satunya menentang feodalisme, yang menurut KBBI adalah sebuah sistem sosial/politik yang memberikan kekuasaan yang besar pada golongan bangsawan.

Ilmu pengetahuannya yang luas tentang politik dan agama sering ia salurkan lewat tulisan surat-surat kabar. Lewat pemikirannya untuk memakujan bangsa, namanya mulai dikenal dan kemudian direkrut oleh pendiri Syarekat Dagang Islam (SI), Haji Samanhoedi. Organisasi yang awalnya dibentuk karena persaingan perdagangan batik Pribumi dan pedagan Cina, dirubahnya menjadi organisasi yang berhubungan dengan politik dan ditanami ideologi. Bapak Tjokro tampaknya selalu berpikir dua atau mungkin lebih langkah dari yang dibayangkan orang pada umumnya, Kepentingannya lebih luas.

Ada kisah menarik di rumah keluarga Pak Tjokro. Disana ada para bapak bangsa yang dididik dan tinggal bersama Pak Tjokro. Diantaranya, Presiden Sukarno, Semaoen, Musso ,Alimin, dan Kartosoewirjo. Lewat kisah dan buku-buku yang berada di rumah Pak Tjokro, para tokoh-tokoh dikenalkan pada dunia. Murid-muridnya kelak memiliki sudut pandang tersendiri untuk melihat dunia yang bersimpangan dengan kepunyaan sang Guru.

Secara keseluruhan, menurutku tokoh Tjokroaminoto sendiri sangatlah unik dan memiliki kisah- kisah menarik yang bisa kita ketahui. Tapi berkan penyusunan artikel yang runut dan penggunaan tata bahasa yang mudah dimengerti bagi pelajar sekalipun, buku ini bisa dibaca sekaligus dinikmati. Karena kumpulan artikel- artikel ini ditulis dengan orang yang berbeda, pembaca bisa mengenal sisi -sisi berbeda yang ditangkap para penulis, dan membuatnya berwarna. Ada pula foto- foto dan ilustrari yang membuat aku makin mengikuti alur penceritaan. Namun terkadang karena buku ini tidak disusun secara total mengikuti tahapan kejadian, agak sulit untuk bisa langsung mengerti keseluruhan. Mungkin sebuah linimasa singkat bisa mempermudah hal tersebut. Tapi dengan cara penyajian yang tidak total beralur, membuat pembaca harus mengikuti proses sampai akhir, karena ditengah-tengah perjalanan, ada banyak potongan puzzle yang akan melengkapi informasi sebelumnya.

Tampaknya masih ada banyak  lagi tokoh- tokoh di seri buku Tempo :Bapak Bangsa yang perlu ku baca. Kalau begitu sampai berjumpa lagi di lain kesempatan! Semoga resensi ini bisa bermanfaat dan mengundang orang lain untuk mau membaca.

School

Have you watched any school k-drama series? If you do, lucky you! If you don’t, well it okay. But I do recommend it! This serial talks about student problems that you can absolutely found and experience at schools. this serial shows how friends, future and romance make your teenage years colourful. Starting from things that make you happy until stuff that makes it sucks. But one thing the scriptwriter forgot to include is the main activities at school, learning.

A week ago, my class got the chance to read Isabella’s opinion that makes school sucks. (https://medium.com/@BellaBruyere/why-school-sucks-hint-its-not-because-it-s-boring-221cc1a67576) I’m actually surprised by the title, like why do our teacher give us an article, that likely means they admit schools are boring. After reading the title itself, I start to think about my own opinion about schools. Rather than saying school sucks, I actually kinda like it! I mean, I hate to do all the homework, the tiresome unenjoyable stuff, etc that makes me tired. And when you start to get rid of the tiredness, they just start to send tsunamis of homework. Well, of course, I can’t only do things that I like, but how can you manage to divide your time for your interest too?.

Back again, I think I share the same view but also not. Just like the author says, by saying schools suck, it’s not education we are talking about. And what most schools do is filling student brain as much as they can. Filling, who cares if, at the end, all of it got thrown/ spilt outside afterwards. As for education/ how schools should be, they make the student understand about the subject, the context and start from there. And if it’s right, I think I’m at the right place for education. When I read this post, I remember a video also about school, that says schools tried to make fish climb tree or something similar like that. They tried to / expect everyone to be good at the same/every thing, rather than make them know and be good at whats their special talent/ interest. And it makes things ineffective. Students whom must do stuff they’re not good at may think they are untalented at everything since they didn’t get the chance to discover it, to know themselves. It can lead to identity crisis maybe, also depression or anxiety, since you’re expected to know your future and stuff.

Once again, I got carried away from the topic. I think the author did a really great job. How she can explain everything in word and easy-to-understand sentences. And explain every thing step by step. I think the author is a calm and patient person (?), if it were me, I would just say schools suck and leave. But he/she ( trying to use gender neutrality but failed)would take the time to search the reason why schools suck, remember times schools don’t suck and how, why, etc. She has a good systematical thinking ( kakak) and so can explain it in a  perfect way.

Thanks to the school I’m at, I got the chance from individual interest project, class project, etc to do more with my interest, drawing. I do am still thinking about what am I  going to do with my future. Am I ready for every consequence and stuff? But for now, I want to do the best I can with what God leaves and trust for me. And so I, of course, will continue high school, mostly it will be an art school. Why? Because with that I can use my time more effectively for things I’m serious at. At my last year- hopefully- at junior high, I want to try as much stuff I can, like making zine, illustration, and other. I also need to change the way  I think for stuff like, ” Is it okay to trust my future at this?”, ” I’m  untalented”, getting jealous (jelly) at people improvement or works ( b if you read this ), improving my motivation and passion ( getting it back to my life), and time management.

Its getting late, so thanks for taking time to read every word, I hope its helpful, and school can be a better place.

 

 

 

Indonesia 5 Tahun Kedepan

Pernahkah kita membayangkan secaraa khusus seperti apa negara ini di masa depan?. Mungkin pernah dalam rentang waktu yang jauh, 10, 15 ,ataupun 20 Tahun. Tapi dalam waktu yang singkat tapi panjang seperti  5 tahun, kira kira perubahan apa yang dialami negara dan kehidupan masyarakatnya?.

Dengan bekal lembaran data lengkap tentang Indonesia ( https://www.cia.gov/library/publications/resources/the-world-factbook/geos/id.html), kelompok Sinyau-nyau diminta membuat perkiraan kondisi Indonesia dalam jangka waktu 5 tahun kedepan.

Menurutku Indonesia 5 tahun kedepan akan …

Seiring rencana perubahan ibukota ke Palangkaraya ( kalau tidak salah) meski tidak secara instan tapi perlahan dan pasti banyak penduduk khususnya yang bertempat di Jawa akan pindah mengikuti lokasi pemerintahan. Sehingga kepadatan penduduk berkurang. Dan mungkin Jawa akan berfokus pada kegiatan ekonomi.

Transportasi -Jumlah penduduk berkurang, dan saat ini sudah banyak pengguna  fasilitas kendaraan umum yang merasakan manfaatnya ( tidak macet,..) . Apalagi jika Jawa mengutamakan di kegiatan ekonomi, tentu banyak aktivitas warga yang memerlukan ketepatan waktu. Dengan kata lain macet dan penghalang transportasi sangan mengganggu sehingga makin banyak pula warga yang beralih dan menghargai fasilitas yang tersedia.  Meski dengan jelas terlihat fasilitas yang unggul sampai saat ini masih terletak di kota ibukota, dalam rentang waktu lebih jauh, karena fasilitas banyak diperlukan, Pemerintah akan sadar dan memperluas jangkauan transport.

Pelabuhan- Karena banyak warga melakukan urbanisasi, dan Jawa berfokus pada kegiatan ekonomi, akan sering sekali dibutuhan transportasi diantaranya. Dengan begitu aktivitas di pelabuhan yang mengangkut penumpang bertambah dan bisa membantu perkembangan pelabuhan dan aktivitas laut.

Selain transportasi penumpang, aktivitas seperti tol laut juga mungkin akan mulai berjalan/ kalau sudah akan makin lancar. Meningkatkan keseimbangan kesejahteraan di Indonesia.

Jika Indonesia sudah mulai menjadi “negara maritim”( memanfaatkan SDA laut untuk kemakmuran masyarakat dan negara). Masyarakat ( khususnya yang tinggal di dekat laut) akan makin memperhatikan kebersihan air ( karena kita/ orang lain sebangsa ku hidup dari hasil laut, dan tindakan ku mempengaruhi ). Dan hal tersebut bisa mengurangi kemungkinan wabah penyakit dan banjir.

Kesejahteraan bertambah- Dalam 5 tahun kedepan aku berharap fasilitas seperti pendidikan ( sekolah maupun guru dan buku pelajaran) dan kesehatan semakin banyak tersebar di penjuru Indonesia, meski tidak *efek suara* langsung semua, tetapi setidaknya memudahkan penduduk yang berada di pulau. Sehingga mereka tidak perlu menunggu kapal datang dengan jadwal yang tidak rutin untuk pergi ke rumah sakit di pulau lain yang juga kurang memadai. Apalagi dalam kasus yang darurat.

Mungkin di lima tahun kedepan akan ada radius berapa puluh km akan ada sebuah sekolah dan rumah sakit dan komunitas yang rela mengirimkan jasa keduanya .

Dengan adanya tol laut, banyak SDA laut yang bisa Indonesia gunakan untuk kegiatan eksport. Dan jika berhasil akan menyemangati sektor tetangganya, Agraris. Jika kedua sektor bisa berkembang kesejahteraannya pun meningkat. Pemerintah juga bisa mulai memantau dan membasmi tengkulak, dan meyakinkan subsidi pupuk, biji tanaman ,dan perlengkapan yang seharusnya diterima petani betul terjadi.

Sejak ada peraturan hukum mati pada pengedar narkoba, jumlah pengguna akan berkurang dan banyaknya pusat rehabilitasi juga mendukung kurangnya pengguna narkoba. Kebanyakan orang terjangkit HIV/AIDS -yang kalau tidak salah belum ditemukan pengobatannya – karena penggunaan obat-obatan terlarang. Dengan berkurangnya penyebab itu sendiri,  penyebab kematian generasi muda Indonesia pun berkurang.

ASEAN MEA  2018???- Dengan adanya negara asia tenggara dalam komunitas tersebut. Kegiatan ekonomi Indoensia makin meluas, berkurangnya tingkat pengangguran sebab adanya lapangan kerja baru dan lain lain.

Kurang lebih apa yang kupikirkan seperti itu. Tapi mungkin yang kutulis diatas perlu lebih lama dari 5 tahun atau bahkan mungkin minimal 10 tahun

 

Bertamu.

Kurang dari sebulan sebelumnya, kami diberi tugas untuk bertamu. Bertamu ke seorang anggota keluarga yang jarang kami temui. Sendiri. dan pergi atau pulang naik kendaraan umum. Untukku, pergi dan mengunjungi seorang anggota keluarga yang sangat jarang berbicara dan bertemu sangatlah sulit. Karena saat itu sedang mengerjakan esai, sungguh lebih baik kalau aku buat dua buah dibanding bertamu. Itu kutulis untuk menggambarkan rasa takutku, oke. Tapi aku juga malas sih kalau harus buat dua. Labil ini mah.

Dari banyaknya saudara yang tinggal dekat, aku mempertimbangkan siapa yang akan kukunjungi. Kebetulan salah satu saudara dari Ibuku baru baru ini. Kuputuskan untuk mengunjunginya.

Sebagai orang yang jujur, sebetulnya aku belum bisa disebut menuntaskan tugas bertamu ini. Karena pada akhirnya aku pergi tidak naik kendaraan umum dan bertamu bersama Ibuku. Kebetulan keponakanku sudah membuat janji untuk bertemu jadilah seperti itu. Selama kunjungan itu aku dengan keponakanku mengobrol bersama tentang sekolahdan topik lainnya. akujuga bermain bersama kakak dari adik yang baru lahir. Kami menonton acara televisi bersama, membaca buku yang ada dan bermain.

Hari semakin gelap dan kami akhirnya berpamitan. Aku dan Ibuku kemudian pulang. Saat mendapat tantangan ini, ada rasa tertantang dan ingin menjadi sosok anggota keluarga yang lebih baik. Namun ternyata rasa ingin berubah itu masih kalah dengan ketakutan dan keraguan yang kumiliki. Mungkin lain kali aku akan mengalahkan rasa ketakutanku dengan lebih baik lagi dan berkunjung sendirian.

Perjalanan Kecil (sedang) di Cicalengka

Sebelum kami kelompok Ibex bersertakan 14 anak melakukan perjalanan besar, perjalanan dimana selama 5 hari kami melakukan ekspedisi di dua kota Jawa, kami berlatih dengan melakukan ekspedisi di kota tempat tinggal yang kami kenali, Bandung. Sebelumnya kami sempat berpetualang di sekitar daerah pecinan dan daerah kolonial di Bandung. Kata highlight selama di perjalanan ini adalah, akulturasi. Masih memiliki topik yang sama kali ini kami berpetualang di daerah Bandung keluar sedikit yaitu, Cicalengka.Kunamakan perjalanan sedang, karena itu adalah salah satu persiapan terakhir kami sebelum melakukan perjalanan besar dimana kami beraktivitas dengan kelompok nanti bersama barang bawaan yang akan kami bawa nanti.

Hari itu, beberapa mingu yang lalu kami seharusnya berkumpul di Stasiun Kiaracondong pada pukul 6.00. Lebih dari setengah kelas telat dan yang paling telat itu Aku. Sudahlah mari kita lanjutkan ceritanya. Saat aku datang cepat-cepat aku menuju ke tempat teman kelompokku, Toby dan Niwa berada. Kami kemudian di beri instruksi untuk melakukan penginderaan dan tugas di wilayah stasiun Kircon. Pertama kami berkeliling di Stasiun dan mencatat jurusan-jurusan apa saja yang dilayani kereta dari stasiun Kiaracondong. Salahsatunya tentu jurusan Cicalengka yang akan kami terlusuri nanti.

Kami kemudian keluar dan pergi ke sekitar pasar yang ada daerah kiri stasiun. Disana kami mewawancarai seorang pedagang tentang kondisi dan waktu aktivitas pasar. Didekat pasar terdapat sebuah kantor polisi. Kami masuk untuk bertanya tips tips menjaga diri dalam bahaya untuk perjalanan nanti. Kami bertemu dengan seorang polisi yang sangat antusias. Dirinya bercerita banyak sekali dan menceritakan kepada kelompokku kisah ( kriminal) yang sempat terjadi di daerah stasiun. Saking antusiasnya, sang Bapak menunjukan gambar kondisi korban kepada kami. Sampai sekarang aku masih ingat. Sebetulnya kami diminta untuk mengunjungi kantor layanan asisten rumah yang banyak ” menjamur ” disana. Tetapi kami tidak sempat dan tidak tahu lokasi tempat tersebut.

Kami kemudian berkumpul di lokasi semula dan membeli tiket ke Cicalengka. Setelah kereta datang, kami duduk bersama teman kelompok kami. Kata kakak, setiap kelompok duduk di gerbong yang berbeda. Aku tidak ingat secara pasti apa saja yang aku dan kelompokku lakukan. Kami mendokumentasikan pemandangan yang ada, mengemil camilan bawaan Niwa dan diam.

Ketika hampir sampai ada rasa kantuk yang datang, tetapi ternyata perjalanan begitu singkat dan kami harus meninggalkan kereta. Kami sampai di Cicalengka disambut dengan hujan gerimis. Kami berkumpul kemudian diberi tugas. Aku tidak ingat tugas apa saja yang kami lakukan selama disana. Tetapi kami sempat mengunjungi beberapa tempat. Sebuah sekolah, gedung pertemuan yang sempat dipakai, gedung pemerintah daerah disana, alun- alun, tempat keagamaan (?) dan lain-lain.

Informasi yang kami dapatkan berupa keterangan mengenai Cicalengka itu sendiri. Meski tema yang dibahas masih sama yaitu pengaruh dari pendatang. Tetapi aku tidak melihat pengaruh atau bentuk akuluturas yang ada.

Kami kemudian istirahat dan beraktivitas kembali, sampai akhirnya kami kembali ke Stasiun menuju Bandung dan sampai dengan selamat di sekolah. Dengan begitu perjalanan kecil( sedang) ini berakhir.

 

Si Benang Merah

Agama, arsitektur, hasil bumi, kuliner, dan batik. Kira-kira hal apa yang bisa menghubungkan kelimanya ?

Hal misterius itu lah yang pada hari Rabu (8/2/2017) kemarin Kak Andi dan Kak Ivan ceritakan. Siapakah kedua tokoh ini untuk mengetahui benang merah dari kelima hal tadi?. Ternyata keduanya adalah rekan yang sama-sama akrab dan dekat dengan sejarah. Sejarah ? apakah benang merah itu adalah sejarah?.Pastinya kelima kata itu memiliki sejarah, bukan? .Iya. Tetapi sejarah dari kelimanya ternyata jatuh pada waktu yang sama, yaitu pada zaman kolonial.

Kolonial apa itu ?. Berdasarkan narasumber kami, Kolonial atau kolonialisme bisa diartikan dengan sederhana sebagai penjajahan. Kata ini berdasar dari kata “koloni” yang berarti tempat yang dikuasai oleh negara asing. Tetapi, motif memperluas koloni ini nyatanya belum muncul di benak para pedagang asing saat itu yang hanya melihat hasil bumi Nusantara.

 

Setelah melakukan hubungan perdagangan yang diteruskan dengan berdirinya cabang VOC di Jawa, para pedagang asing ini pun lama-lama sadar kalau mereka bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan  jika kekuasaan ada di tangan mereka. Tapi bagaimana caranya?. Kekuasaan saat itu dipegang oleh para kerajaan lokal yang ada, tentunya tidak hanya satu kerajaan. VOC pun satu-satu melemahkan setiap kerajaan dengan mengadu domba. Kerajaan demi kerajaan yang jatuh, wilayahnya dipegang oleh VOC. Seperti potongan puzzle, potongan-potongan puzzle yang ini membentuk  wilayah koloni Hindia Belanda.

Ketika mereka datang dan berdagang, pastilah mereka menetap atau bersinggah untuk beberapa waktu. Dari situ mulailah masuknya beberapa budaya yang melebur dan berdampingan dengan budaya lokal. Pengaruh masuknya tentu semakin kuat ketika Hindia Belanda terbentuk.

Hasil Bumi

Ketika Belanda memegang kekuasan, salah satu hal yang terjadi adalah cultuurstelsel pada pertengahan abad ke 19. Beberapa hasil bumi yang kenalkan ke Indonesia antara lain, tebu, teh dan kopi. Komoditas- komoditas ini dikenalkan kepada Indonesia karena memiliki penjualan yang tinggi pada perdagangan Internasional. Suhu Indonesia dan letaknya membuat ketiga hasil bumi ini memiliki rasa yang berbeda dari yang lain. Lokasinya yang strategis pun ikut menguntungkan VOC. Meski VOC mendapatkan banyak keuntungan, nyatanya para petani sebagai kolonis justru rugi. Selain lahannya digunakan, tenaganya dikerahkan, seringkali tidak diupah sebesar seharusnya atau bahkan tidak diupah sama sekali.

Agama

Tidak hanya perdagangan, motif lain dari pedagang asing ini adalah misi peradaban. Salah satu hal yang butuh diadabkan adalah penggunaan pakaian atasan yang jarang terlihat digunakan para warga . Selain itu, salah satu tugas yang diberikan kepada VOC adalah menyebarkan kepercayaan atau misionaris.

Arsitektur

Saat seseorang pindah ke wilayah baru dan menetap, mungkin mereka akan lebih cepat beradaptasi jika tempat yang mereka gunakan mirip seperti tempat asal.Jika perkiraan itu benar, mungkinlah hal itu yang menyebabkan masuknya arsitektur Eropa kedalam Jawa. Salah satu tempat yang memiliki arsitektur Eropa yang masih kuat tentunya adalah Kota Bandung. Kak Ivan pun menunjukkan beberapa gambar bangunan dari era itu. Penggunaan pilar, corak-corak bangunan dan warna putih bisa sering kita lihat dari beberapa foto tersebut.

Kuliner

Misal anda sering berada diluar negeri, saat awal-awal anda akan senang dengan makanan yang ada tapi, ketika sudah satu bulan atau bahkan setahun, tidakah anda kangen dengan rasa dari masakan tempat asal anda?. Para bangsa asing selain Eropa pasti merasakan hal yang sama. Karena itulah mulai mereka memasak makanan tersebut. Entah karena kurangnya persediaannya bahan atau lidah Indonesia yang berbeda, beberapa masakan asing ini pun berevolusi menjadi makanan seperti batagor yang bisa kita makan sekarang

Batik

Dibandingkan keempat hal tadi, batik tampaknya memiliki hubungan yang cukup longgar dengan benang merah kita, kolonial. Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa kuketahui tentang batik dari Kak Ivan kemarin. Batik ini tampaknya sudah ada sekitar abad ke-16. Kalau dilihat-lihat daerah yang memiliki banyak pembuatan batik biasa berada pada daerah pesisir seperti datangnya dan menyebarnya para pedagang asing. Setiap provinsi ternyata memiliki corak tersendiri dan warna yang digunakan juga berbeda tergantung asal dan juga kelas orang yang menggunakan.

Batik ini memang dari awal ditujukan untuk para bangsawan atau priyayi. Batik baru mulai digunakan para kalangan lain ketika Tionghoa memodifikasi batik. Salah satu tokoh bernama Suryo Mentaram adalah seorang priyayi yang menggunakan corak batik  warga biasa seperti parangrusak. Ketika ada yang menanyakan kenapa ada perbedaan warna dan corak setiap kalangan, Kak Ivan pun menjawabnya dengan politik Identitas.

Begitulah isi catatanku yang kudapat dari Kak Ivan dan Kak Andi pada pertemuan kami kemarin. Kiranya tulisan ini juga bisa membantu dan terima kasih atas waktu anda.

 

 

Unik dan Kak Umbu

Setelah pelajaran demi pelajaran yang melelahkan pada hari Kamis. Kelas kami mendapat kesempatan langka untuk bertemu dengan narasumber yang sangat, sangat, sangaat unik. Mulai dari penampilannya, namanya, sampai cara berpikirnya, seorang Kak Umbu ini memang dan merupakan fakta, sangatlah unik.

Saat pertama kali kak Umbu masuk kek kelas Ibex, kami semua langsung hening, bahkan lebih hening dibanding waktu hening *berlebihan*. Mulai dari ikat kepala yang jarang banyak dipakai itu, ciri mukanya yang mudah dibedakan ( alis SANGAT tebal, mata yang tajam, hidung mancung dan bibir yang lebar, bentuk mukanya juga), Kalung dengan fosil amonite sebagai liontin terikat dengan tali yang juga unik, dan aura yang berbeda, seperti tidak ada penyesalan dalam hidupnya.

Kak Umbu kemudian memperkenalkan dirinya lewat arti dari namanya. Dan ternyata kak Umbu yang berasal dari Sumba ini memiliki nama yang sama dengan teman laki-laki di tempat asalnya. Kenapa? karena Umbu, Sinyo dan Nyong memiliki arti yang sama, yaitu laki-laki. Sinyo hitam giginya putih. Kalau ketawa manis sekali tidakah lirik Ayo Mama itu muncul dibenakmu ?.

Banyak hal yang aku dan kelasku dapatkan dari pertemuan kali itu. Karena itu akan kujabarkan beberapa darinya.

Travelling-Kak Umbu yang seorang traveler mengatakan travelling dilakukan untuk melihat sesuatu yang sudah ada di tujuan. Atau apa yang dilakukan oleh para sedenter disana. Dengan begitu sedenter dibutuhkan untuk adanya traveler , karena seseorang akan menjadi seseorang ketika melihat sesuatu yang sangat bertentangan dengan dia (dokter, pasien).

Tantangan – Jika kamu melihat sebuah gambar kapal yang melawan ombak, tidakkah itu lebih keren dibandingkan gambar kapal di pelabuhan?. Lebih keren bukan?. Kapal tersebut bisa menjadi keren karena dirinya sedang berada dalam tantangan dan tangtangan itu membentuk si kapal, begitu juga manusia diasah.

Immortal-Menurut google, kemampuan untuk hidup selamanya, hidup yang kekal. Sedangkan menurut kak Umbu, Immortal adalah impian atau cita-cita semua orang besar-yang akhirnya mereka capai-. Seperti Mozart, Einstein, van Gogh, Davinci dan lainnya mereka tetap hidup sampai sekarang, lewat karya, ilmu, dan jejak-jejaknya mereka berhasil mendapat kemampuan tersebut.

Genius- Apakah hanya orang yang dari lahirnnya genius bisa menjadi genius? apakah mereka orang yang terkecuali luar biasa? . Nyatanya menurut kak Umbu semua orang bisa menjadi Jenius. Iya, kamu dan aku bisa !. Dengan cara melampaui zona nyaman mu, merubah ide dan cara pandang setiap harinya dan cara berpikir,kamu bisa menjadi salah satunya.

Zona nyaman- Karena kita harus keluar dari zona nyaman bukan berarti zona nyaman adalah hal yang buruk. Zona nyaman bisa menjadi bingkai atau tempat perisirahatan saat kita lelah dengan tantangan dunia ini. Zona nyaman bisa berupa keluarga dan orang terkasih kita.

Halangan terbesar apakah yang membuat orang tidak mau keluar dari zona nyamannya?. Menurut kak Umbu takut terlihat bodoh atau konyol adalah alasannya.Sama juga dengan kehilang harga diri. Padahal Konyol bukanlah hal yang  buruk, karena konyol dan tidak tahu maka kita belajar agar pintar. bukan sebaliknya.

Fotografer dan fotografi- Orang yang mau belajar tentang hidup, menghargai hasil ciptaan, mau bercerita, mencintai, suka bertanya, mudah kagum, menempatkan diri,merubah sudut pandang, berpikir dan bersatu dengan sekitarnya.

Masih banyak yang bisa ditulis berkaitan dengan fotografi dan teman-temannya. Tapi kuputuskan untuk membahasasnya sebanyak ini. Semoga bermanfaat dan terimakasih untuk waktunya.